Apakah mempelajari dan menghafal nilai budaya itu penting?
Menurut
pandangan ilmuwan sejarah, Kuntowidjojo (2001) dalam bukunya Pengantar Ilmu
Sejarah, yang diterbitkan Yayasan Bentang Budaya, disebutkan bahwa sejarah
merupakan ilmu yang mempunyai makna sosial yang penting bagi perkembangan dan
perubahan masyarakat.
Melalui catatan sejarah dapat
memotivasi seseorang untuk berbuat lebih baik dari nenek moyangnya. Bahkan
terpenting dalam pemahaman peristiwa masa lalu, akan menggugah kesadaran
sejarah yang bersifat kolektif yaitu bentuk pengalaman bersama sebagai ungkapan
reaksi mereka kepada situasi dalam peristiwa sosial, politik, ekonomi,
kebudayaan dari masa ke masa.
Tentu saja rentetan peristiwa
masa lalu yang disejarahkan dalam konteks ini dimaksudkan sebagai karya para
sejarahwan yang benar-benar memiliki tanggung jawab moral atas pencatatan dan
penyebaraluasan atas catatan-catatan peristiwa masa lalu yang
dikemukakan/ditulis secara apa adanya, setidaknya terbebas dari unsur
subyektivitas dan menghindari tendensi tertentu sehingga tidak banyak
mengandung bias.
Mengingat sejarah ditulis oleh
seseorang, bisa saja karya sejarah yang dirangkum dalam bentuk tulisan, rekaman
suara, film atau media audio-visual apapun dapat dikatakan tidak terlepas dari
subyektivitas, banyak kepentingan yang kemungkinan dimasukkan sehingga dalam
hal ini dapat dikatakan memiliki kebenaran yang masih layak diuji, dinalar
ulang dan tidak cenderung tendensius alias memenuhi kepentingan sepihak.
Sebagai orang awam, penulis
semakin menyadari betapa pentingnya mempelajari dan memahami sejarah. Mengapa?
Karena dengan mempelajari sejarah, kita akan banyak mengetahui apa yang terjadi
pada masa lalu (secara faktual) terkait dengan kehidupan atau aktivitas kita di
masa kini. Adanya masa kini disebabkan kejadian/peristiwa masa lalu dan
bilamana hal tersebut dipahami akan menggugah kesadaran kita untuk berbuat
lebih bijak di masa yang akan datang.
Sayangnya pembelajaran sejarah
di lingkungan kita masih terbatas, baik secara formal (di lingkungan
pendidikan, di sekolah-sekolah) apalagi di lingkungan non-formal masih perlu
peningkatan dan pengembangan disana-sini.
Metode pembelajaran yang masih
bersifat normatif, bahkan cenderung hanya mengenalkan angka atau tahun dimana
peristiwa terjadi, belajar menghafal dan mengetahui seseorang yang ditokohkan
-- tanpa membahas lebih mendalam tentang kaitan dengan situasi dan kondisi saat
peristiwa masa lalu itu berlangsung -- telah menjadikan kita sebagai
murid/pembelajar hanya menerima pengetahuan sejarah secara monoton (hanya dari
sumber terbatas, hanya dari satu sudut pandang), tidak mampu menghayati
nilai-nilai yang sesungguhnya pada peristiwa masa lalu yang didalamnya
terkandung makna tersirat.
Komentar
Posting Komentar