tugas ISD (PRASANGKA, DISKRIMINASI DAN ETHNOSENTRISME)

Prasangka, Diskriminasi, dan Ethnosentrisme
Dibuat oleh :
Kelompok 9
1.  Afifah Purwati Ningrum (10117232)
2.  M. Faisal
3.  Iqbal Ananta
4.  Jose
5.  M. Sultan
6.  Fadlan Izra

1KA19
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
JURUSAN SISTEM INFORMASI
Mata Kuliah : Ilmu Sosial Dasar
   Dosen        : Ibu Meti Nurhayati


KATA PENGANTAR

          Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya, penulis telah menyusun sebaik-baiknya Makalah Ilmu Sosial Dasar, yang diberi judul tentang “Tindakan Prasangka, Diskriminasi, dan Etnosentris di Indonesia” yang dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Ilmu Sosial Dasar yang telah banyak memberikan pengetahuan kepada penulis dalam menyusun tugas ini serta kepada semua pihak yang telah membantu .
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, khususnya dari teman-teman mahasiswa dan dosen matakuliah.



Jakarta,  19 Oktober 2017
































DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............………………………................                              2
DAFTAR ISI …………..............………………………………...                             3
BAB I PENDAHULUAN
1.1       LATAR BELAKANG .................................................................                              4
1.2       TUJUAN PENULIS .....................................................................                             4
1.3       RUMUSAN MASALAH .............................................................                             4
BAB II PEMBAHASAN
2.1       PENGERTIAN ...................................……...................................                            5
2.2       PERBEDAAN PRASANGKA DAN DISKRIMINASI ...............                            6
2.3       DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF ..........................................                            7
2.4       FAKTOR YANG MENDORONG ...............................................                             8
2.5       CARA UNTUK MENGATASINYA ..................…….................                              8
2.6       CONTOH PERILAKUNYA ........................................................                             9
BAB III PENUTUP
3.1        KESIMPULAN ............................................................................                             10
3.2       SARAN .........................................................................................                             10
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………                            11
FOTO BERSAMA .........................................................................                            12





























BAB I
PENDAHULUAN

1.1       LATAR BELAKANG

Pada dasarnya kehidupan konflik yang terjadi pada kehidupan bermasyarakat tidaklah lepas oleh tiga hal utama ini yaitu, prasangka, diskriminasi, dan etnosentris. Banyak sekali suatu pertikaian/konflik yang terjadi di masyarakat terjadi karena hal ini. Sebagai contoh seseorang menawarkan sebuah pinjaman secara cuma-cuma terhadap orang lain. Orang lain tersebut akan memiliki suatu prasangka apakah ini suatu bentuk penipuan atau kejahatan lainnya, atau pinjaman itu memang benar adanya. Prasangka ini lah yang dapat menyebabkan timbulnya suatu konflik pada masyarakat akibat dari kecurigaan seseorang terhadap individu lainnya. Dan masih banyak contoh lainnya yang menyangkut tiga hal diatas tadi yang menyebabkan konflik pada masyarakat.
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Akibat perbedaan itu terkadang terjadi konflik antar suku, ras, budaya, agama yang mungkin terjadi akibat kesalah pahaman atau memenang ada yang sengaja memecah belah, apalagi Negara Indonesia memiliki banyak ragam suku, ras, agama, dan kebudayaan yang berbeda-beda.

1.2       TUJUAN PENULIS

Tujuan dari penulisan makalah  ini antara lain :
1.   Mengetahui pengertian dari Prasangka, Diskriminasi, dan Etnosentris
2.   Mengetahui perilaku dari Prasangka, Diskriminasi, dan Etnosentris
3.   Mengetahui cara mengatasi dari Prasangka, Diskriminasi, dan Etnosentris

1.3       RUMUSAN MASALAH
Mengingat latar belakang yang dikemukakan dalam makalah ini, maka dapat dirumuskan masalah yang perlu dibahas untuk mengetahui pokok pembahasan dari makalah ini :
1.    Apa pengertian dari Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentris?
2.    Apa saja contoh perilaku dari  Prasangka, Diskriminasi, dan Etnosentris?,.
3.    Bagaimana cara mengatasi konflik dari Prasangka, Diskriminasi, dan Etnosentris?










BAB II
PEMBAHASAN

2.1       PENGERTIAN

A.  PRASANGKA
Prasangka berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian berdasar ras seseorang sebelum memiliki informasi yang relevan yang bisa dijadikan dasar penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka juga diterapkan pada bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi sikap yang tidak masuk akal yang tidak terpengaruh oleh alasan rasional.
John E. Farley mengklasifikasikan prasangka ke dalam tiga kategori.
a.    Prasangka kognitif, merujuk pada apa yang dianggap benar.
b.    Prasangka afektif, merujuk pada apa yang disukai da n tidak disukai.
c.    Prasangka konatif, merujuk pada bagaimana kecenderungan seseorang dalam bertindak.

B.  DISKRIMINASI
Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan  ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.
Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antar golongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi.
          i.     Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.
        ii.     Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan.
      iii.     Diskriminasi di tempat kerja
Diskriminasi di tempat kerja dapat terjadi dalam berbagai macam bentuk:
o   dari struktur gaji,
o   cara penerimaan karyawan,
o   strategi yang diterapkan dalam kenaikan jabatan, atau
o   kondisi kerja secara umum yang bersifat diskriminatif.
Diskriminasi di tempat kerja berarti mencegah seseorang memenuhi aspirasi profesional dan pribadinya tanpa mengindahkan prestasi yang dimilikinya.
Teori statistik diskriminasi berdasar pada pendapat bahwa perusahaan tidak dapat mengontrol produktivitas pekerja secara individual. Alhasil, pengusaha cenderung menyandarkan diri pada karakteristik-karakteristik kasat mata, seperti ras atau jenis kelamin, sebagai indikator produktivitas, seringkali diasumsikan anggota dari kelompok tertentu memiliki tingkat produktivitas lebih rendah.

C.   ETNOSENTRIS
Etnosentrisme adalah sikap yang menggunakan pandangan dan cara hidup dari sudut pandangnya sebagai tolok ukur untuk menilai kelompok lain.
Apabila tidak dikelola dengan baik, perbedaan budaya dan adat istiadat antarkelompok masyarakat tersebut akan menimbulkan konflik sosial akibat adanya sikap etnosentrisme. Sikap tersebut timbul karena adanya anggapan suatu kelompok masyarakat bahwa mereka memiliki pandangan hidup dan sistem nilai yang berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya.
Setiap suku bangsa atau ras tertentu akan memiliki ciri khas kebudayan, yang sekaligus menjadi suatu kebanggaan mereka. Suku bangsa, ras tersebut dalam kehidupan sehari-hari bertingkah laku sejalan dengan norma - norma, nilai - nilai yang terkandung dan tersirat dalam kebudayan tersebut.
Etnosentrisme ialah suatu kecendrungan yang menganggap nilai - nilai dan norma - norma kebudayaannya sendiri dengan suatu yang prima, terbaik, mutlak dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.


2.2       PERBEDAAN PRASANGKA DAN DISKRIMINASI 
Sikap yang negatif terhadap sesuatu, disebut Prasangka. Walaupun dapat kita garis bawahi prasangka dapat juga dalam  pengertian positif. Prasangka bersumber dari suatu sikap. Diskriminasi menunjuk kepada suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari sikap berprasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu dan tidak dapat dipisahkan.
Seseorang yang mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak diskriminasi terhadap yang diprasangkainya. Walaupun begitu, biasa saja seseorang bertindak diskriminatif tanpa latar belakang pada suatu prasangka. Demikian juga sebaliknya, seseorang yang berprasangka dapat saja berperilaku tidak diskriminatif.
Sikap berprasangka jelas tidak adil, sebab sikap yang diambil hanya berdasarkan pada pengalaman atau apa yang didengar. Lebih-lebih lagi bila sikap berprasangka itu muncul dari jalan fikiran sepintas, untuk kemudian disimpulkan dan dibuat pukul rata sebagai sifat dari seluruh anggota kelompok sosial tertentu.

2.3       DAMPAK POSITIF dan NEGATIF

A.  PRASANGKA
Dampak bagi orang yang menjadi obyek prasangka:
1.    Membentuk sikap rasial dan stereotip terhadap mereka sendiri
2.    Makin kuat seseorang menjadi bagian dari minoritas dan mengidentifikasikan diri maka makin sensitive terhadap prasangka halus dan makin kuat bereaksi terhadap prasangka tersebut. Selain itu adapula prasangka terhadap gender di mana banyak budaya yang masih menempatkan wanita sebagai kaum minoritas. Prasangka yang dipengaruhi oleh gender ini disebut seksisme (sexism). Seksisme ada 2 jenis:
                 i.            Seksisme yang penuh kebencian: pandangan bahwa wanita, jika tidak inferior terhadap pria, memiliki banyak trait negatif (contoh: mereka ingin diistimewakan, sanngat sensitive, atau ingin merebut kekuasaan dari pria yang tidak seharusnya mereka miliki).
               ii.            Seksisme bentuk halus: pandangan yang menyatakan bahwa wanita pantas dilindungi, lebih superior daripada pria dalam banyak hal (contoh: mereka lebih murni dan lebih memiliki selera yang baik). Dan sangat diperlukan untuk kebahagiaan pria (contoh: tidak ada pria yang benar-benar bahagia kecuali ia memiliki seorang wanita yang ia puja dalam hidupnya). 

B.  DISKRIMINASI

1.      DAMPAK POSITIF :
a.       Memudahkan masyarakat dalam berinteraksi dengan kelas sosialnya.
b.      Menumbuhkan rasa sadar diri dimana kelas social mereka berada sehingga mereka mengetahui status dan perannya dalam suatu organisasi masyarakat.
c.       Pengkategorian ini dapat menimbulkan dan dapat memotivasi masyarakat kelas bawah untuk berusaha naik ke kelas social yang lebih tinggi.

2.      DAMPAK NEGATIF : 
a.       Adanya kesenjangan social
b.      Tidak adanya rasa saling menghargai
c.       Berkurangnya rasa nasionalisme
d.      Tidak adanya tenggang rasa
e.       Tidak adanya rasa toleransi
f.       Masyarakat tingkat atas menganggap bahwa diskriminasi adalah sesuatu yang wajar, sehingga mereka cenderung mengulangi hal tersebut secara terus menerus.

C.   ETNOSENTRIS

1.      DAMPAK POSITIF :
Etnosentrisme dapat menimbulkan solidaritas kelompok yang sangat kuat. Buktinya adalah hampir setiap individu merasa bahwa kebudayaannya adalah yang paling baik dibanding kebudayaan lain.

2.      DAMPAK NEGATIF :
Bila suatu suku bangsa menganggap suku bangsa lain lebih rendah, maka akan menimbulkan konflik yang bisa menjerumus kedalam kasus SARA. Selain itu dampak negatif yang lebih luas dari sikap etnosentrisme adalah terhambatnya proses intregasi nasional.
2.4       FAKTOR YANG MENDORONG

A.     PRASANGKA dan DISKRIMINASI
a.       Berlatar belakang sejarah. Orang-orang kulit putih di Amerika Serikat berprasangka negatif terhadap orang-orang Negro, berlatar belakang pada sejarah masa lampau, bahwa orang-orang kulit putih sebagai tuan dan orang-orang Negro berstatus sebagai budak.
b.      Dilatar-belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional. Harta kekayaan orang-orang kaya baru, diprasangkai bahwa harta-harta itu didapat dari usaha-usaha yang tidak halal. Antara lain dari usaha korupsi dan penyalahgunaan wewenang sebagai pejabat dan lain sebagainya.
c.       Bersumber dari faktor kepribadian.
d.      Berlatar belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama.

B.     ETNOSENTRIS
a.       Budaya politik masyarakat yang cenderung tradisional dan tidak rasionalis. Budaya politik masyarakat kita masih tergolong budaya politik subjektif Ikatan emosional –dan juga ikatan-ikatan primordial- masih cenderung menguasai masyarakat kita. Masyarakat kita terlibat dalam dunia politik dalam kerangka kepentingan mereka yang masih mementingkan suku, etnis, agama dan lain-lain. 
b.      Pluralitas Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan golongan. Pluralitas masyarakat Indonesia ini tentu melahirkan berbagai persoalan. Setiap suku, agama, ras dan golongan berusaha untuk memperoleh kekuasaan dan menguasai yang lain.Pertarungan kepentingan inilah yang sering memunculkan persoalan-persoalan di daerah.

2.5       CARA UNTUK MENGATASINYA

A.     PRASANGKA
a.       Memutuskan siklus prasangka: belajar tidak membenci karena dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Dengan cara mencegah orang tua dan orang dewasa lainnya untuk melatih anak menjadi fanatic.
b.      Berinteraksi langsung dengan kelompok berbeda: i) contact hypothesis—pandangan bahwa peningkatan kontak antara anggota dari berbagai kelompok sosial dapat efektif mengurangi prasangka diantara mereka. Usaha-usaha tersebut tampaknya berhasil hanya ketika kontak tersebut terjadi di bawah kondisi-kondisi tertentu. ii) extended contact hypothesis—sebuah pandangan yang menyatakan bahwa hanya dengan mengetahui bahwa anggota kelompoknya sendiri telah membentuk persahabatan dengan anggota kelompok out-groupdapat mengurangi prasangka terhadap kelompok tersebut.
c.       Kategorisasi ulang batas antara “kita” dan “mereka” hasil dari kategorisasi ulang ini, orang yang sebelumnya dipandang sebagai anggota out-group sekarang dapat dipandang sebagai bagian dari in-group.
d.      Intervensi kognitif: memotivasi orang lain untuk tidak berprasangka, pelatihan (belajar untuk mengatakan “tidak” pada stereotype).
e.       Pengaruh social untuk mengurangi prasangka.

B.      DISKRIMINASI
a.       Belajar tidak membenci, karna dapat membahayakan diri sendiri bahkan orang lain.
b.      Mencoba berinteraksi dengan kelompok lain yang berbeda.
c.       Mengkaji ulang antara “kita” dan “mereka”. Pengkategorian ulang ini akan menimbulkan      pandangan yang berbeda dengan sebelumnya.
d.      Pelajaran multiculturalisme harus dimasukkan kedalam pendidikan nasional dan dimulai sejak kecil.

C.       ETNOSENTRIS
a.       Memberikan Toleransi yang tinggi terhadap kebudayaan yang berbeda dengan  kebudayaan kita.
b.      Menghargai suku,agama,dan ras yang berbeda.
c.       Jika permasalahnnya karena miss communication bisa dengan mengadakan mediasi antar kepala suku atau kepala daerah.
d.      Pemerintah harus lebih telaten dalam mengurusi masalah-masalah yang ada di sudut-sudut Negara, jangan hanya terpaku pada ibu kota saja.
e.       Pemerintah harus lebih peka dan adil dalam pembuatan peraturan-peraturan agar tidak ada yang merasa di anak tirikan dan merasa tidak di perdulikan oleh pemerintah.
f.       Perbaikan pada manajemen konflik agar mampu mengurangi konflik yang terjadi antara kelompok minoritas dengan minoritas maupun antara kelompok minoritas dengan mayoritas. Misalnya di adakan manajemen konflik pada suku dayak dan suku Madura yang merupakan kelompok mayoritas, sehingga suku dayak tidak merasa di diskriminasikan.

2.6       CONTOH PERILAKUNYA

A.       DISKRIMINASI
Anak-anak dengan disabilitas masih sering mendapat diskriminasi dan kekerasan di lingkungannya, baik di lingkungan sosial maupun di keluarga. Contohnya, berdasarkan temuan Save The Children dan IKEA Foundation di Jawa Barat saja,  sebanyak 187.000 anak dengan disabilitas tidak mendapat haknya. Mereka dikurung di rumah hingga dikucilkan oleh masyarakat. Dengan begitu, tidak sedikit dari mereka yang tidak bisa mengakses pendidikan karena terhambat oleh lingkungan. Hal tersebut disampaikan oleh Project Manager Save The Children/IKEA Foundation, Wiwied Trisnadi di Jakarta, Selasa (9/12).

B.       ETNOSENTRIS
Perilaku carok dalam masyarakat Madura. Menurut Latief Wiyata, carok adalah tindakan atau upaya pembunuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki apabila harga dirinya merasa terusik. Secara sepintas, konsep carok dianggap sebagai perilaku yang brutal dan tidak masuk akal. Hal itu terjadi apabila konsep carok dinilai dengan pandangan kebudayaan kelompok masyarakat lain yang beranggapan bahwa menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekerasan dianggap tidak masuk akal dan tidak manusiawi. Namun, bagi masyarakat Madura, harga diri merupakan konsep yang sakral dan harus selalu dijunjung tinggi dalam masyarakat. Oleh karena itu, terjadi perbedaan penafsiran mengenai masalah carok antara masyarakat Madura dan kelompok masyarakat lainnya karena tidak adanya pemahaman atas konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok tersebut dalam masyarakat Madura. Contoh etnosentrisme dalam menilai secara negatif konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok dalam masyarakat Madura tersebut telah banyak ditentang oleh para ahli ilmu sosial. 
BAB III
PENUTUP

3.1       KESIMPULAN

Konflik antar suku di indonesia kemungkinan masih akan terus terjadi karena etnosentrisme diperkecil indonesia ini yang tidak dapat dihliangkan tapi setidaknya konflik antar suku ini dapat diperkecil apabila masyarakat Indonesia menerapkan dengan benar dalam kehidupan bermasyarakat Semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang berarti Berbeda-beda tetapi tetap satu jua kemudian juga menerapkan ideologi persatuan dan kesatuan indonesia dengan itu kemungkinan terjadinya konflik antar suku di indonesia sangat kecil karena masyarakat bisa bersatu, dan saling menghargai.

3.2       SARAN

Menghargai dan menghormati antara individu satu dengan yang lainnya dari segi suku, ras, budaya, agama yang berbeda-beda tetapi supaya Indonesia tetap rukun, sejahtera, dan damai.
































DAFTAR PUSTAKA




















FOTO BERSAMA


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Bom Hioshima Nagasaki

Awal OOR